Rabu, 22 Oktober 2014

Anak gemuk tak berarti sehat


Kunjungi dulu Produk baru dan distributor obat herbal

https://www.facebook.com/minumanherbalnurulhikmah
(Mohammad Taufiq Karangjati Ngawi) Akan Segera Launching Produk Baru Minuman Herbal"Nurul Hikmah" Harga Sangat terjangkau,lulus uji Depkes,Lulus Uji fungsi/kasiat. Telah terbukti dengan izin Allah Sakit Paru paru sembuh Berkah Minum Herbal "Nurul Hikmah" Syarat Menjadi Distributor /agen/reseller sangat mudah.Anda minat menjadi member,distributor,agen,reseller??? Hubungi dan perkenalkan sejak dini Hub:082323944137
 https://www.facebook.com/minumanherbalnurulhikmah
Harga untuk Distributor minimal 1000 botol harga perbotol 10.000 Agen minimal 100 botol harga perbotol 15.000 Reseller minimal 25 botol harga perbotol 20.000 Harga Eceran 25.000 Minuman Herbal"Nurul Hikmah" Sedia kusus ramuan untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Obat herbal / jamu tradisional alami . Minuman herbal "Nurul Hikmah" Menjkadi saran dan Solusi alternatif untuk mengatasi berbagai macam penyakit akut dan kronis. Minuman herbal nurul hikmah sedia kusus ramuan untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Seperti penyakit paru paru,jantung lemah,maag kronis,asam urat,asam lambung,stroke,kencing manis/diabetes,darah rendah,darah tinggi,kurang nafsu makan,pegal pegal,linu linu,encok, reumatik dll. Semoga membawa hikmah dan berkah Aamiin
 https://www.facebook.com/minumanherbalnurulhikmah

Persepsi masyarakat selama ini bahwa anak gemuk berarti sehat harus diubah, karena ketika tumbuh menjadi dewasa anak yang obesitas (kegemukan) itu berpeluang besar mengidap berbagai penyakit berbahaya.

"Paradigma tentang sehat selama ini selalu dikaitkan dengan anak yang gemuk, padahal kegemukan adalah wujud dari malnutrisi (pemberian nutrisi yang salah), bukan hanya kurang gizi seperti dipahami kebanyakan orang," kata dr Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) dari Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Ia menyatakan hal itu ketika memberikan paparan tentang pencegahan malnutrisi dan penyakit tidak menular pada anak Indonesia di Jakarta, Selasa (29/5/2012).

Damayanti mengatakan, persepsi itu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang tua tentang kebutuhan nutrisi anak pada saat kehamilan maupun pertumbuhan mereka di usia emas, sejak lahir hingga dua sampai tiga tahun. "Banyak orang tua yang berasal dari kalangan ekonomi mampu, tetapi tidak tahu makanan apa yang dibutuhkan anaknya sehingga asupan gizi dan nutrisi anak tidak sesuai," katanya.

Menurut dia, hal itu terbangun sejak masyarakat Indonesia yang tadinya bermata pencaharian dengan basis agraris, dengan kebutuhan pangan yang sudah tersedia dari hasil tani, kemudian beralih karena industrialisasi yang kemudian mengganggu pola makan.

"Dengan perpindahan masyarakat dari desa ke kota, banyak yang tidak memasak makanan sendiri karena waktunya habis untuk bekerja, mereka kemudian membeli makanan cepat saji yang kaya kalori namum miskin asupan nutrisi dan zat lain yang diperlukan tubuh untuk tetap sehat," katanya.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, tercatat 17,9 persen kasus malnutrisi yang terjadi pada anak usia di bawah lima tahun, dengan tingkat obesitas pada kelompok anak yang sama sebesar 14 persen.

"Angka (obesitas) tersebut bisa lebih parah di perkotaan seperti Jakarta, yang bisa mencapai 20-30 persen karena pola konsumsi makanan yang tidak sehat," tegasnya.

"Makanan cepat saji merupakan makanan yang tinggi kalori, tetapi rendah kandungan nutrisi yang diperlukan tubuh seperti zat besi, vitamin A dan zinc," katanya.

Secara umum, obesistas disebabkan oleh konsumsi kalori yang berlebihan, sehingga tubuh mengalami penimbunan lemak yang tentunya menghambat produktivitas seseorang. Obesitas sendiri terbukti dapat meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti diabetes, tekanan darah tinggi, stroke, serangan jantung, gagal jantung, beberapa jenis kanker, batu kandung empedu dan batu kandung kemih, serta sejumlah gangguan lainnya.

Untuk mencegah obesitas tersebut, Damayanti menyarankan agar orang tua mencari tahu pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi dan gizi yang tepat bagi anak mereka. "Ada sekitar 70 persen orang tua yang berasal dari kalangan ekonomi mampu tetapi tidak paham tentang makanan yang tepat bagi anaknya sehingga perlu mendapat pendidikan tentang nutrisi dan gizi tersebut bahkan sebelum ibunya memasuki masa kehamilan," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar